Sepak Bola untuk Kejujuran dan Etika

Sepak Bola untuk Kejujuran dan Etika
Oleh : A.R. Loebis
Permainan sepak bola sejak awal dimulai di Tiongkok kuno dikhususkan untuk membina kejujuran (sportivitas) serta standar etika bagi para militer melalui pelatihan fisik dan mental untuk menunjang semangat tempur prajurit.
Badan sepak bola dunia FIFA dalam laman resmi mengakui sepak bola pada awalnya berasal dari Tiongkok dan pada Dinasti Han abad kedua dan ketiga SM, sepak bola disebut Tsu` Chu.
"Pada zaman Dinasti Han sepak bola merupakan kulit yang di dalamnya terdapat rambut dan berukuran 30-40 cm. Permainan ini tidak boleh menggunakan tangan, kecuali kaki, punggung, bahu," demikian diungkapkan dalam laman FIFA.
Olahraga modern yang baru dimulai pada abad ke-19 di Inggris itu bila ditelusuri hingga sekitar 2.400 tahun lalu bernama Tsu` Chu atau Cu Ju (baca: Ju Cu).
Permainan sepak bola tertua ini diawali pada masa Chun Qiu Zhan Guo (musim semi musim gugur negara-negara berperang) dan telah melewati silih pergantian dinasti dan dalam jangka waktu lama.
"Yang lebih penting, orang Tiongkok kuno ternyata sudah sejak dini mengukuhkan sepak bola sebagai pembangun semangat sportivitas dan standar etika yang ketat," demikian tertulis dalam teks sejarah.
Berdasar catatan siasat negara berperang, pada zaman Chun Qiu (musim semi dan musim gugur, 722 s/d 481 S.M.) di ibu kota negara Qi Lin Zi, Tsu`s Chu sudah populer. Tsu` Chu ketika itu disebut pula Ta Ju (baca Da Cu). Cu dan Ta berarti menendang, sedangkan Ju bermakna bola.
Sesuai kitab Tai Ping Qing Hua, bola pada zaman Dinasti Han memang disebutkan terbuat dari bahan kulit sebagai bungkus luar dan di dalamnya berisi rambut.
Liu Xiang dari zaman Dinasti Han (206 S.M s/d 220 Masehi) menyatakan dalam teks sejarah bahwa permainan Tsu` Chu konon diciptakan Huang Di (Kaisar Kuning). Dituturkan, mulai era Zhan Guo (negara saling berperang), Tsu` Chu identik dengan semangat tempur prajurit.
Olahraga itu digunakan untuk menggembleng laskar yang akhirnya memiliki kemampuan perang amat tinggi, disiplin tetapi memiliki jiwa jujur.
Tai Ping Qing Hua juga menyatakan bahwa Tsu` Chu bermula pada pasca-Xuan (Kaisar Huang Di) dan digunakan sebagai kancah untuk hiburan, selain untuk melakukan pelatihan fisik dan mental prajurit yang ujung-ujungnya untuk menunjang semangat tempur.
Lambang dan Simbol
Li You dari Dinasti Han pernah menulis catatan tentang Ju Cheng Ming (piagam kota bola), tentang persiapan Tsu` Chu, yaitu bola dan lapangan sepak bola, ringkasan pertandingan, bahkan menjelaskan tentang persyaratan etika yang harus dimiliki wasit dan pemain.
Piagam tersebut merefleksikan bahwa olahraga sepak bola ala Tiongkok kuno sudah ada sejak zaman Dinasti Han dan permainan itu memiliki lambang dan simbol tertentu.
Dalam piagam disebutkan Ju (bola) dan Ju Chang (lapangan bola), dilambangkan sebagai langit dan bumi serta Yin dan Yang.
Ada pula yang disebut "pintu bola", terdapat pada kedua ujung lapangan dan dipasang enam pintu bola berbentuk lubang model rembulan yang disebut Ju Shi (ruang bola), dijadikan sebagai target penyerangan bagi setiap 12 pemain yang berlaga.
Kalimat "Jian Chang Li Ping, Qi Li You Chang" menjelaskan, dalam perlombaan kedua pihak harus memilih kapten dan wasit. Sedangkan pertandingan memiliki peraturan tanding yang stabil dan kedua pihak harus melaksanakannya sesuai peraturan.
Piagam menjelaskan, pada zaman Han, sepak bola mensyaratkan wasit dan pemain harus memiliki etika bermain.
"Bu Yi Qin Shu, Bu You A Si" berarti persyaratan kepada sang wasit, yaitu melaksanakan peraturan pertandingan harus adil tidak memihak, tidak tunduk pada hubungan pribadi, tidak boleh condong kepada salah satu pihak.
"Duan Xin Ping Yi, Mo Yuan Qi Fei" bermakna persyaratan terhadap para pemain, harus berkarakter lurus, tenang, dan sabar, walau kalah bertanding tidak diperkenankan sembarangan mengomel dan menyalahkan pihak lain.
"Ju Zheng You Ran, Kuang Hu Zhi Ji" menunjukkan bahwa olahraga sepak bola saja harus memiliki standar etika seperti ini, apalagi masalah pemerintahan sudah sepatutnya demikian.
Dari Ju Cheng Ming bisa diketahui bahwa pada zaman Tiongkok kuno lebih dari 2.000 tahun lalu, orang sudah jauh hari menegakkan etika olahraga positif, selain menuntut semangat kompetisi yang adil, wasit dan pemain bermoral dan memiliki standar karakter.
Tetapi amat disayangkan, dewasa ini persepakbolaan Tiongkok menghadapi etika bobrok kecurangan wasit dan main sabun sehingga tidak bergairah dan lesu suporter, dan tidak tembus ke babak final Piala Dunia Afrika Selatan.
Tsu` Chu menjalar ke berbagai benua dan kini sedang dipertandingkan dalam turnamen Piala Dunia Afrika Selatan.
Olahraga ini diharapkan menjadi harmoni mempersatukan dunia, tetapi ia tetap sebagai simbol peperangan. Di dalamnya tetap ada istilah militer seperti kapten, penyerang, pertahanan, pengatur serangan, striker, dan yang lainnya.
Jangan lupa, pernah juga terjadi "Perang Sepak Bola" pada 1969 ketika El Salvador tanding lawan Honduras yang diwarnai dengan bunuh diri seorang gadis serta perkelahian yang mematikan sekitar 6.000 penonton dari kedua belah pihak.(Kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar